yeah I need friends ..

yeah I need friends ..
all I need is friends :)

Kamis, 04 Oktober 2012

Aku dan Dia


Aku dan Dia




  Dia hanya ingin menjadi sesuatu yang baru. Dia benci pada semua yang ada pada dirinya. Dia tidak ingin seperti ini. Tapi, perubahan yang dia harapkan tidak mungkin terjadi. Dia terlalu muda untuk melakukan suatu perubahan itu. Namun keinginannya terlalu kuat. Terlalu kuat sampai dia tidak bisa mengendalikan diri.
  Lalu aku melihat kea rah cermin. Dan aku melihatnya. Aku bisa melihat kekuatan yang ada dalam dirinya. Dia menatapku penuh arti. Namun aku tau, hanya dia yang mengerti sepenuhnya arti dari tatapannya itu. Sudah cukup! Jangan menatap ke arahku lagi! Aku benar-benar tak sanggup bila dalam situasi menyeramkan ini. Aku benar-benar tak sanggup.
  Ku tutup mataku dengan kedua telapak tanganku sendiri. Semakin aku mengalihkan tatapanku, semakin aku menghindarinya, dia semakin meraung. Dia berusaha menggapaiku. Dia berusaha keluar dari batas itu. Untuk memelukku. Namun aku berlari. Kusudahi situasi yang getir dan menyeramkan itu. Namun aku tau, aku akan tetap bertemunya lagi.
  Aku tak mengerti. Aku sangat mengenalnya. Aku selalu melihatnya. Sengaja atau tidak sengaja. Namun aku tetap ingin lari darinya. Namun aku tetap takut. Dia bisa menjadi hitam dan bisa menjadi putih. Dia adalah hitam, dia selalu mendorongku untuk melakukan apa yang belum aku lakukan, bahkan sesuatu berbahaya yang terus dia bisikan pada telinga hatiku. Namun dia adalah putih. Begitu suci, begitu baik, sempurna tutur kata dewa. Sampai aku tidak bisa mengendalikan diri. Aku selalu begitu terhanyut dalam perasaannya.
  Dia kesepian. Dia sendirian. Dia hanya memiliki aku dalam kehidupannya. Dia selalu membicarakan sesuatu yang telah terjadi kepadanya di MASA LALU. Dia selalu berbicara tentang kepahitan dan keputus asaan. Dia selalu memperlihatkan sosok dirinya hanya padaku. Namun dia adalah pemberontak. Dia selalu mengobrak abrik isi hatiku. Dia selalu membakar pikiranku. Dia melukaiku.
  Suatu hari saat dimana aku sendiri pun tidak dapat mengendalikan pikiranku sendiri, dia datang melukaiku. Dia berusaha membunuhku. Silet yang dia goreskan pada sebelah kiri tanganku. Tidak terasa sakit sedikitpun. Dia terus menggoreskan luka. Dia semakin menjadi, hingga aku ketakutan dan dia berhenti. Berhenti berusaha mematikan kehidupanku.
  Siapa sebenarnya Dia? Mengapa Dia selalu mengendalikan diriku? Mengapa aku tidak pernah melawan dan tetap diam? Mengapa meskipun berlari keluar angkasa pun Dia tetap tidak pernah menjauh? Mengapa dan sampai kapan? Apakah Dia adalah diriku sendiri? Entahlah..

karya : Ocha patricia lovato hillenburg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar